Ada lebih dari 50 data fundamental namun tidak semua berita tersebut berpengaruh secara signifikan. Beberapa diantaranya dapat membuat mata uang bergerak drastis, dan lainnya berdampak kecil.
1. Average Earning Index (AEI)
Dikeluarkan oleh Inggris dan Kanada, yaitu pendapatan para pekerja dan hubungannya dengan tingkat inflasi melalui indikator fundamental lainnya yang disebut Retail Prices Index (RPI). Bila AEI mengalami kenaikan lebih cepat dibandingkan RPI maka ini adalah indikasi bahwa upah mengalami kenaikan lebih cepat dibandingkan kenaikan harga barang. Hal ini baik bagi perekonomian sebuah negara namun dampak negatifnya adalah naiknya tingkat inflasi. Jika inflasi mengalami kenaikan maka mata uang cenderung akan menguat.
2. Chicago PMI (Purchasing Manager's Index)
Dikeluarkan oleh US, memberikan informasi naik atau turunnya tingkat pengeluaran para purchasing manager di kota Chicago yang banyak diantaranya merupakan industri manufaktur. Naiknya indikator ini merupakan indikasi menguatnya mata uang USD.
3. Consumer Price Index (CPI)
Merupakan indiakator penentu tingkat inflasi di titik konsumen, menentukan besar kepercayaan konsumen dalam satu bulan dalam melakukan pembelian. Apabila CPI naik maka mata uang negara yang bersangkutan juga akan ikut naik.
4. Gross Domestic Product (GDP)
Bila GDP mengalami kenaikan maka mata uang akan menguat dikarenakan produksi sebuah negara juga meningkat.
5. Money Supply
Mengukur tiga hal yaitu jumlah uang yang beredar di masyarakat dalam bentuk koin atau kertas, besarnya pinjaman bank kepada masyarakat dan jumlah perubahan nilai hutang yang belum dilunasi oleh pemerintah. Naiknya Money Supply biasanya akan menyebabkan mata uang menguat.
6. Non Farm Payrolls
Mengukur besarnya pengeluaran pemerintah dalam pembayaran gaji diluar sektor pertanian dibandingkan bulan sebelumnya. Meningkatnya Non Farm Payrolls dapat mengakibatkan mata uang menguat dengan drastis.
7. Producers Price Index (PPI)
PPI merupakan indikator pengukur tingkat inflasi sama seperti CPI. Bedanya jika CPI berada di sisi konsumen maka PPI mengukur inflasi dari tingkat produsen. Kenaikan harga bahan baku, biaya transportasi dan berbagai komponen produksi menjadi bagian dari perhitungan PPI. Jika PPI mengalami kenaikan maka mata uang akan menguat.
8. Retail Sales
Mencatat total penjualan barang di sektor tetapi tidak termasuk jasa karena pengukuran jasa tergolong sulit. Retail Sales merupakan salah satu indikator yang baik untuk mengukur tingkat pengeluaran konsumen. Biasanya bil AEI (Averaga Earning Index) mengalami kenaikan maka Retail Sales juga akan meningkat karena naiknya upah pasti diikuti meningkatnya konsumsi. Bila Retail Sales naik maka mata uang juga akan naik nilainya.
9. Trade Balance
Selisih antara nilai ekspor dikurangi nilai impor sebuah negara. Nilai minus menunjukkan impor lebih besar dibanding ekspornya dan sebaliknya jika positif itu menunjukkan espor lebih besar dibandingkan impor. Kebanyakan negara yang sedang melakukan ekspansi perdagangan atau negara berkembang memiliki Trade Balance yang negatif. Semakin positif nilai Trade Balance maka semakin menguat nilai mata uang negara tersebut.
10. ISM Manufacturing Index
Insititute of Supply Management Manufacturing Index merupakan indikator terbesar untuk indikator fundamental yang mengukur indeks manufaktur. Dikeluarkan pada hari pertama jam kerja setiap bulannya, ISM-MI merupakan hasil surver lebih dari 20 industri manufaktur dan melibatkan 300 purchasing manager di Amerika. Cara pembacaannya kurang lebih sama, bila ISM-MI mengalami kenaikan tentu saja mata uang negara yang bersangkutan akan menguat.
11. Consumer Confidence Index (CCI)
Mengukur tingkat kepercayaan pada 5000 konsumen yang di survey dan pAndangan mereka terhadap prospek ekonomi kedepan. Bila CCI mengalami kenaikan itu artinya kepercayaan konsumen meningkat terhadap perkembangan ekonomi dan mengakibatkan mata uang dapat meningkat.
12. Interest Rate Statement
Yaitu pengumuman kebijakan suku bunga bank sentral, keputusan naik, turun atau tetap suku bunga tersebut akan menentukan besarnya suku bunga deposito, kredit, tabungan dan berbagai kebijakan pinjam-meminjam lainnya pada dunia perbankan di negara itu.
Dapat dikatakan kebijakan suku bunga merupakan salah satu aksi final Bank Sentral terhadap berbagai kondisi ekonomi yang terjadi. Apabila terjadi kenaikan suku bunga maka dapat dikatakan bahwa mata uang akan meningkat dengan drastis dan sebaliknya apabila terjadi penurunan suku bunga maka mata uang akan mengalami pelemahan dengan drastis pula. Kebanyakan negara maju menahan laju suku bunganya untuk menghambat terparkirnya dana di Bank dan tidak diolah menjadi investasi di dunia riil. Sebaliknya pada negara berkembang biasanya pemerintah mencetak terlalu banyak uang untuk membiayai kegiatan pembangunan. Untuk itu diperlukan kebijakan suku bunga yang lebih kompetitif guna menarik uang yang terlalu banyak beredar dipasar dengan cara membuat bunga tabungan dan deposito terlihat menarik.
“….Well inilah penyebabnya mengapa akhirnya Fibonacci menjadi ilmu analisa teknikal khusus, dan bahkan dengan angka akurasi yang membuat kita mungkin tercengang yaitu 96% menurut Jeff Boyd seorang analis forex dalam sebuah artikelnya.”
(selengkapnya baca artikel tentang apa dan bagaimana,analisa Fibonacci? hanya di http://forexanalyze.blogspot.com)
Sabtu, 05 April 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar